🦓 Pakaian Yang Berlaku Di Melayu Riau Berpedoman Pada
Terdapatbeberapa nilai estetika yang melekat pada busana adat tradisional di provinsi Riau, diantaranya ialah : 1. Nilai Tradisi. Pakaian adat tradisional Riau selalu hadir dalam setiap upacara tradisional dan dapat disebut menjadi tradisi sejak dulu. Tradisi tersebut sudah menjadi simbol keunikan dan komunitas yang ada di masyarakat.
KetuaTim Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) Isdianto mengatakan pelaksanaan salat Idul Fitri di daerah tersebut berpatokan pada zona tiap ANTARA News kepri kesra
Ungkapan"kalau hendak melihat orang yang tahu diri, tengok kepada pakaian diri" juga melekat pada budi orang Melayu. Prasa "pakaian diri" dalam ungkapan tersebut budi orang Melayu juga tergambar dalam nilai-nilai bahasa, gerak laku, dan lain sebagainya. Untuk ulasan ini telah pula diuraikan dalam bab I. Tunjuk ajar merujuk pada nilai yang dapat dilihat dari alat dan kelengkapannya
KepalaDaerah yang pen5rusunannya berpedoman r. bahwa sesuai ketentuan Pasal 39 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam TENTANG GUBERNUR BENGKULU, pendidikan tinggi Program Strata Satu (S1) di luar negeri; bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 27 ayat (21juncto Pasal
Ketigawarna tersebut selalu menghiasi jilbab rumbai Riau dalam acara pernikahan adat atau upacara kebesaran budaya Melayu. Adapun makna dari warna-warna yang terdapat pada pakaian adat Riau adalah sebagai berikut: Hijau Lumut. Warna hijau lumut pada pakaian adat Riau memiliki makna kesuburan, kesetiaan, taat, dan patuh menganut ajaran agama.
RiauMelayu: Motif-motif yang digunakan dalam tenun Songket Melayu - Info Bengkalis seputar Seni, Wisata dan Budaya Melayu Bengkalis Negeri Junjungan. Khazamah Kerajinan Melayu Riau (Adicita Karya Nusa) Lihat Juga Artikel Terkait Lainnya : ADD COMMENT. Artikel Melayu.
Pengaruhadat terasa dalam sikap dan perilaku sebagian besar masyarakat, terutama di daerah pedesaan/perdalaman. Adat Melayu Riau adalah adat yang bersendikan syariat Islam (M.A. Effendi, 2004:9). Islam dan adat Melayu saling mempengaruhi yang kemudian membentuk satu budaya baru, yang salah satunya tercermin dalam pakaian yang dikenakan.
Pakaianyang berlaku di melayu riau berpedoman pada - 36629326 ayu695638 ayu695638 02.12.2020 Sejarah Sekolah Menengah Atas terjawab Pakaian yang berlaku di melayu riau berpedoman pada A. raja B. ulama C. Sultan D. Islam E. Datuk 1 Lihat jawaban Iklan
DinasKebudayaan Provinsi Riau taja Lomba Desain Rekayasa/Modifikasi Pakaian Melayu terbuka bagi masyarakat umum di Riau. Dinas Kebudayaan Provinsi Riau taja Lomba Desain Rekayasa/Modifikasi Pakaian Melayu terbuka bagi masyarakat umum di Riau. Sabtu, 25 September 2021; Cari. Network.
RJT3tW. Ilustrasi artikel Macam-Macam Pakaian Adat Melayu Riau dan Keunikannya. Sumber PhotoIndonesia adalah negara yang memiliki berbagai kekayaan budaya, baik itu tradisi maupun kesenian. Salah satu bentuk kekayaan budaya itu adalah pakaian adat dari masing-masing daerah. Setiap daerah memiliki pakaian adat dengan keunikan tersendiri. Seperti pakaian adat Melayu di Riau. Dalam artikel berikut ini, kita akan menyimak macam-macam Pakaian Adat Melayu Riau dan artikel Macam-Macam Pakaian Adat Melayu Riau dan Keunikannya. Sumber Adat Melayu RiauYang dimaksud pakaian adat Melayu Riau berdasarkan buku Ensiklopedia Negeriku Pakaian Adat oleh Dian Kristiani dan Agnes Bemoe 2016 31-35Ada beberapa macam pakaian adat Melayu Riau, tergantung daerah asalnya, misal Siak, Indragiri, Bengkalis, atau Kampar. Walau demikian, secara garis beras bentuk pakaiannya tidak berbeda satu dengan lainnya. Ada dua jenis pakaian sehari-hari yang dikenal pria Melayu, yaituTeluk Belanga Baju ini berupa baju longgar dan tak berkerah. Baju ini hanya punya satu kancing atau butang Musang Beberda dengan Teluk Belanga, pakaian ini memiliki kerah tinggi. Biasanya ada lima butang baju pada pakaian ini. Dua buah pada kerah tegak dan tiga buah pada bagian yang dililitkan di pinggang disebut kain sampin. Panjangnya disesuaikan dengan usia dan kedudukan si pemuda yang belum menikah, panjang sarungnya di atas yang sudah menikah, panjang sarungnya persis sebatas pria yang berkedudukan dan terpandang, panjang sarung satu telempap telapak tangan di bawah bagi pemuka agama, panjang sarungnya dua telempap di bawah lutut. Para pria mengenakan pentup kepala bernama Tanjak. Ada berbagai macam Tanjak, seperti Tanjak Elang Melayang, Tanjak Ikat Laksamana, dan Tanjak Menyongsong Angin. Pakaian adat Melayu yang dikenakan wanita, yaitu baju kurung dengan bawahan sarung atau kain. Cara memasang kainnya wanita yang belum menikah, muka kain diletakkan di perempuan yang sudah menikah, muka kain diletakkan di sebelah perempuan yang menjadi istri patut-patut atau orang terkemuka, muka kain diletakkan di sebelah kanan. Sementara, perempuan yang menjanda muka kainnya diletakkan di sebelah kiri. Itulah penjelasan mengenai macam-macam pakaian adat Melayu Riau. Semoga bermanfaat. IND
Pakaian Melayu Riau merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kejayaan Melayu dalam masa silam. Peradaban yang diwariskan menjadi bukti nyata bahwa Melayu pernah bertapak sampai ke puncak. Pelbagai macam bentuk warisan yang ditinggalkan mulai dari adab, adat, bahkan sampai pada pakaian. Dalam konsep Melayu, pakaian sebagai budaya yang kepadanya dilekatkan adab dan wajib dipenuhi. Maka, pakaian diatur sesuai dengan syarat dan syarak. Mulai dari pakaian sehari-hari, pakaian resmi atau tidak resmi, pakaian pembesar, pakaian adat, dan lain sebagainya. Nilai-nilai keislaman menjadi ciri kemelayuan atau identitas Melayu itu sendiri. Tentunya segala sesuatu asal selalu dilekatkan dengan akal budi, termasuk dalam memberikan sebuah filosofis terhadap pakaian. Malu, tahu diri, tunjuk ajar, mengekalkan Melayu, menegakkan tuah membangkitkan marwah, mendatangkan manfaat, dan menolak bala ini dijadikan sebagai dasar menggambarkan bagaimana pakaian Melayu yang sesungguhnya. Filosofi Pakaian Melayu Malu orang Melayu dalam berpakaian adalah malu melanggar syarak. Orang Melayu tahu diri, seperti ungkapan yang lazim kita dengar “kalau hendak melihat orang yang tahu diri, tengok kepada pakaian diri”. Tahu diri dapat dilihat dari ketentuan adat yang menetapkan pakaian sesuai status pakaiannya, benar acara memakainya, tepat penggunaan, betul tempat memakainya, benar tujuan memakainya, bersempurna pula alat dan kelengkapan pakaian. Ungkapan “kalau hendak melihat orang yang tahu diri, tengok kepada pakaian diri” juga melekat pada budi orang Melayu. Prasa “pakaian diri” dalam ungkapan tersebut budi orang Melayu juga tergambar dalam nilai-nilai bahasa, gerak laku, dan lain sebagainya. Untuk ulasan ini telah pula diuraikan dalam bab I. Tunjuk ajar merujuk pada nilai yang dapat dilihat dari alat dan kelengkapannya, dari penerapan motif dasarnya, dari cara memakai, dan sebagainya. Motif dan ragam hias pakaian Melayu juga turut mengekalkan jati diri Melayu. Prinsip membuat pakaian adat berdasarkan kepada kepatutan dalan syariat dan kelaziman pakaian Melayu yang diwarisi secara turun temurun, sehingga orang dapat melihatnya dari kemelayuan itu di dalam pakaian adatnya. Menegakkan tuah, membangkitkan marwah sebagai filosofi yang mengacu kepada menegakkan tuah, membangkitkan marwah amat bayak ditemui dalam alat dan perlengkapan pakaian adat Melayu. Hal ini dapat dilihat antara lain lambang-lambang dipakai, jumlah alat dan perlengkapannya. Orang tua-tua mengatakan kalau memakai pakaian adat, tua bangkit marwah melekat. Mendatangkan manfaat yang dimaksud ialah bermacam ragam kebaikan, seperti mendatangkan rezki, membawa kedamaian dan kerukunan hidup, dan sebagainya yang bermanfaat sebagai kehidupan manusia baik pribadi, rumah tangga maupun kehidupan bermasyarakat. Filosofi ini tercermin dalam berbagai bentuk alat dan kelengkapan pakaian adat, ornamen dan ragam hiasnya, serta motif-motif termasuk bahannya. Menolak bala dilihat dari berbagai lambang, alat dan kelengkapan pakaian adat itu sendiri. Dengan menggunakan pakaian yang sesuai syariat, maka seseorang melayu terhindar dari dosa dan petaka dunia akhirat. Fungsi Pakaian Melayu Fungsi pakaian Melayu yakni sebagai, 1 pelindung diri dari aib syarak, 2 untuk melindungi diri dari panas, dan dingin, 3 pengambaran nilai-nilai yang tertuang melalui motifnya, dan 4 sebagai karya seni. Dari fungsi tersebut, orang Melayu turut mengatur waktu dan tempat berpakaian sesuai dengan adat dan ketentuan. Pelbagai adat dan aturan tersebut mengatur tentang bentuk, corak motif, warna, tata pakai, dan waktu penggunaanya. Ketentuan adat itu telah dipahami dan diamalkan orang Melayu sebagai syarak. Rujukan Tim LAMR. 2018. Buku Sumber Pegangan Guru Pendidikan Budaya Melayu Riau. Pekanbaru Lembaga Adat Melayu Riau LAMR.
Pakaian Melayu diperagkan model pada Seminar Upacara Adat Melayu Riau. Foto Dok. Disbud Riau Secara umum, pakaian tradisional Melayu dibedakan dalam 2 jenis yaitu baju kurung dan baju kebaya. Kedua jenis baju ini dikenali dengan bentuk baju yang dibuat longgar pada ujung lengan, perut, dan dada, sebagian diberi kolar atau kerah, dan sering diberi hiasan berupa rendah terutama baju kebaya. Beberapa jenis baju kurung dan baju kebaya digunakan untuk menghadiri berbagai majelis resmi. Pemakaiannya dipadukan dengan kain songket, yaitu kain samping untuk laki-laki dan kain bawahan untuk perempuan. Kaum perempuan juga memadukan baju kurung dan kebaya dengan penutup kepala berupa tudung lingkup dan selendang. 1. Baju Kurung Ciri khas baju kurung dikenali dengan bentuk longgar pada bagian perut, dada, lengan, dan labuh baju yang sejajar dengan pinggul atau lutut. Baju ini tidak berkerah, bagian leher kadang diberi rendah, memiliki satu, tiga, atau lima kancing tergantung jenisnya. Khusus baju kurung laki-laki memiliki 2 atau 3 saku baju. Pada saat digunakan, baju kurung disarungkan ke tubuh serupa halnya ketika memakai t-shirt, bukan seperti kemeja atau kebaya. Bahan baju dibuat dari kain berbahan lembut seperti satin. Pada masa kerajaan, baju kurung digunakan saat menghadiri suatu majelis. Pemakaiannya dipadukan dengan kain songket yaitu kain samping untuk laki-laki dan kain bawahan untuk perempuan. Penutup kepala berupa songkok atau tanjak untuk laki-laki dan tudung atau selendang untuk perempuan. Jenis-jenis Baju KurungSecara umum, baju kurung terdiri atas 2 jenis yaitu baju kurung teluk belanga dan baju kurung cekak musang. Walaupun terdapat varian lainnya, misalnya baju kurung tulang belut dan gunting johor, pada dasarnya pengembangan dari kedua baju jenis ini. Baju kurung digunakan oleh laki-laki dan perempuan. Perbedaannya terletak pada labuh baju, leher, dan saku. Baju kurung perempuan labuhnya ujung bawah baju yang menggantung jatuh di bawah lutut, bagian lingkar leher sempit, dan tidak memiliki saku. Pada laki-laki, labuh baju jatuh di bawah pinggul, leher agak lebar, dan memiliki 2 atau 3 saku. 1 pada bagian atas sebelah kiri, dan 2 pada bagian bawah. a. Baju Kurung Teluk BelangaBaju kurung teluk belanga mempunyai leher berbentuk bulat dan belahan di bagian depan yang diberi satu anak kancing. Pada keliling leher baju dilapisi dengan kain lain dan dijahit yang disebut sembat halus, sedangkan pada bagian pinggiran dijahit tulang belut halus. Pada ujung belahan dibuatkan tempat untuk mengancingkan baju yang disebut rumah kancing dengan menggunakan jahitan benang yang dinamakan insang pari. Lengan baju teluk belanga dibuat panjang dan longgar pada bagian ujung tidak berkancing, berkekek sapu tangan atau berkekek gantung. Potongan badan lurus dan mengembang di bagian bawah. Baju teluk belanga memiliki dua kantung baju yang dipasang pada bagian bawah. Baju teluk belanga pertama kali di perkenalkan di Teluk Belanga, Singapura dan tersebar luas sebagai ciri khas Johor pada abad ke-19. Pakaian ini direka oleh Sultan Abu Bakar pada 1866 dalam meraikan perpindahan ibu negeri Johor dari Telukbelanga di Singapura ke Johorbahru. Baju ini menggabungkan ciri-ciri kebudayaan Melayu, Bugis dan Orang Laut. b. Baju Kurung Cekak MusangBaju kurung cekak musang hampir sama dengan baju kurung teluk belanga. Perbedaan terletak pada bagian leher yang diberi kolar selebar dua jari, tiga saku baju yaitu 1 pada bagian atas sebelah kiri, dan dua pada bagian bawah, dan lima anak kancing pada bagian depan. Kaum laki-laki dan perempuan Melayu memakai baju kurung cekak musang ini ke acara resmi. 2. Baju KebayaBaju kebaya khusus dipakai oleh kaum perempuan. Baju ini memiliki beberapa jenis yaitu baju kebaya labuh dan baju kebaya pendek. a. Baju Kebaya LabuhBentuk baju kebaya labuh seperti kemeja panjang yang memiliki labuh ujung bawah baju hingga lutut. Pada bagian bawah baju agak melebar dan menyerupai bentuk buah labu sehingga disebut kebaya labuh. Namun, sebagian pendapat menyebut, labuh berarti menggantung yaitu ujung baju yang menggantung. Bagian depan baju dilengkapi dengan anak kancing tiga atau lima buah. Baju dipadukan dengan kain songket hingga ke mata kaki. Baju ini pada awalnya dipakai oleh kaum perempuan di lingkungan kerajaan. b. Baju Kebaya PendekBaju kebaya pendek memiliki kedalaman hingga pinggul. Hal ini yang membedakan dengan baju kebaya labuh. Baju ini diberi hiasan payet pada beberapa bagian, sehingga tampak anggun dikenakan oleh anak gadis. Bawahan baju menggunakan kain songket hingga mata kaki, yang dibuat seperti rok. Pakaian ini sering digunakan saat menghadiri majelis-majelis setengah resmi seperti pernikahan, sunat rasul, dan turun mandi.
pakaian yang berlaku di melayu riau berpedoman pada