🎉 Lakukanlah Analisis Penyebab Munculnya Athg Yang Bisa Memecah Belah Nkri

Lakukanlahanalisis terkait pentingnya posisi grografis Indonesia Lakukanlah analisis penyebab munculnya ATHG yang bisa memecah belah NKRI! Pengertian ATHG. Memahami ancaman, tantangan, hambatan dan kerusuhan. Sebagai warga negara Indonesia yang terhormat, kita dapat berpartisipasi dalam melindungi negara dengan mengakui dan mengatasi Penyebabmunculnya ATHG (Ancaman, Tantangan, Hambatan dan Gangguan) disebabkan oleh beberapa faktor-faktor berikut, seperti: 1. Kurangnya sikap toleransi antar masyarakat Indonesia. Toleransi adalah sikap saling menghargai dan menerima perbedaan dari berbagai perilaku, ras, suku, agama, bahasa, budaya, dan etnis yang ada di dunia ini. Contohdari gangguan adalah masuknya kebudayaan asing yang membawa serta ideologi yang berbeda dengan ideologi bangsa. Penyebab munculnya ATHG yang bisa memecah belah keutuhan NKRI antara lain sebagai berikut: 1. Masyarakat Indonesia yang bersifat heterogen (keberagaman suku bangsa, budaya, agama dan ras). 2. Penyebabmunculnya ATHG yang dapat memecah belah NKRI menurut saya berasal dari eksternl (lingkungan luar ) dan Internal (lingkungan dalam). Faktor Eksternal : Karena letak geografis Indonesia yang terletak diantara dua benua dan samudera menyebabkan indonesia menjadi perlintasan dunia, oleh karena itu banyak budaya yang masuk ke Indonesia hal Percobaanseparatisme yang ingin memecah belah NKRI bukanlah hal baru. Hal ini sudah terjadi sejak lama dengan berbagai alasan pembenaran. Bila diperhatikan, secara umum terdapat dua pola memecah belah NKRI. Pertama adalah yang secara terang-terangan mendeklarasikan kemerdekaannya dan memisahkan diri dari NKRI. Invasibisa menjadi penyebab perang, bisa digunakan sebagai strategiuntuk menyelesaikan perang, atau bisa menjadi inti dari perang itu sendiri. keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi ATHG yang datang dari luar dan dalam, yang langsung dan tidak langsung membahayakan Pentingnyaposisi geografis Indonesia ini tentunya dapat menghubungkan benua timur dan barat yang berdasarkan analisis para pakar ditaksir sekitar 90% perdagangan global diangkut melalui laut, Penyebab munculnya ATHG yang bisa memecah belah NKRI Indonesia sangat kaya akan budaya, ras, Beberapa faktor penyebab bisa terpecahnya NKRI : Re Analisis satu contoh ATHG. by Annisa Nur Azizah - Thursday, 9 December 2021, 8:59 AM. Nama : Annisa Nur Azizah. NIM : V1521004. Kelas : D3 Perpajakan A. Izin menjawab, pertahanan negara tidak lepas dari spektrum ancaman baik militer maupun nonmiliter yang dihadapi dan upaya yang dilakukan untuk mengatasinya. SeePage 1. Lakukanlah analisis penyebab munculnya ATHG yang bisa memecah belah NKRI! (Petunjuk: baca dan pahami terlebih dahulu tentang ketahanan nasional Indonesia yang ada di dalam BMP MKDU4111) Jawab: Penyebab munculnya ATHG yang bisa memecah belah NKRI : Pada hakikatnya, globalisasi merupakan proses hubungan antarbangsa yang sudah terjadi WXtmBih. Lakukanlah analisis penyebab munculnya ATHG yang bisa memecah belah NKRI!Petunjuk baca dan pahami terlebih dahulu tentang ketahanan nasional Indonesia yang ada didalam BMP MKDU4111JawabPenyebab munculnya ATHG yang bisa memecah belah NKRI Pada hakikatnya, globalisasimerupakan proses hubungan antarbangsa yang sudah terjadi sejak berabad lalu. Proses iniberkembang dari waktu ke waktu sejalan dengan perkembangan ideologi, politik, ekonomi dansosial budaya. Perkembangan serta kemajuan ilmu pengetahuan teknologi informasi dankomunikasi, telah mendorong hubungan sosial dan saling ketergantungan antarbangsa,antarnegara dan antar manusia semakin besar. Globalisasi yang didominasi oleh kemajuan ilmupengetahuan dan teknologi informasi, telah merubah pola hubungan antar bangsa dalam berbagaiaspek dan menjadikan globalisasi sebagai fenomena yang bersifat yang menembus batas-batas negara telah mengaburkan persepsi dan wawasankebangsaan, sesuatu yang justru merupakan hal yang sangat esensial dalam mempertahankaneskistensi dan kedaulatan negara. Oleh karena itu, berbicara soal wawasan kebangsaan akanterdengar asing, dan bagi mereka yang berapi-api membelanya akan dianggap sebagai anomaliditengah kehidupan modern. Salah satu tantangan dalam pergeseran seisme global era baru, yaknimeningkatnya kompetisi secara eksponensial, dimana teknologi telah membuat satu negara dapatbersaing dengan negara lain, untuk itu secara terus-menerus diperlukan pengembangan cara baruuntuk berkompetisi dengan negara lain, melalui inovasi dan efisiensi, namun tetap mengedepankankualitas. Tak satu negara pun bisa bertahan hanya dengan sekadar menyejajarkan diri denganpesaing atau bahkan dengan mereka yang dianggap unggul, melainkan bangsa ini harusmenyejajarkan diri dengan mereka yang masuk “kelas dunia”. Di tengah semakin kaburnya wujuddan bentuk ancaman yang berkembang dewasa ini, potensi ancaman tidak lagi dalam bentukancaman yang bersifat fisik. Invasi dalam bentuk pengerahan kekuatan militer tidak lagi menjadipilihan bagi negara–negara memiliki kepentingan atas negara lain. Ideologi, politik, ekonomi danbudaya kini merupakan pilihan negara–negara lain untuk memaksakan kepentingannya dan“menaklukan” negara lainnya. Namun demikian, dampak yang ditimbulkan menyentuh hampirseluruh sendi–sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di perkotaan maupunhingga pelosok kini juga dihadapkan dengan perang yang dilakukan oleh pihak ketiga tanpa keterlibatanlangsung pihak yang berkepentingan atau disebut Proxy War. Hal tersebut dilakukan oleh pihakberkekuatan besar untuk menghindari konfrontasi secara langsung dan menghindarkan terjadinyaperang terbuka yang akan meninggalkan tanggung jawab besar. Andrew Mumford dalam bukunyaProxy Warfare, menyebutkan bahwa ancaman perang cyber cyber warfare kian membesar dimasa depan seiring dengan intensnya penggunaan teknologi cyber dalam penggunaan sehari-hari. Jawaban yang tepat untuk soal tersebut adalah masyarakat bersifat heterogen, kurangnya sikap saling menghargai dan bertoleransi, serta adanya budaya yang mulai tergeser oleh budaya asing. Integrasi nasional adalah usaha atau proses mempersatukan perbedaan-perbedaan dalam suatu negara sehingga tercapai keserasian dan keselarasan nasional. Dalam mempertahankan integrasi nasional, Indonesia sering dilanda berbagai upaya disintegrasi bangsa yang berupa ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan ATHG. Berikut penjelasannya 1. Ancaman adalah sebuah usaha atau kegiatan yang berasal dari dalam negeri dan dinilai dapat membahayakan kedaulatan negara secara konsepsional. Contoh dari bentuk ancaman dalam negeri seperti pemberontakan bersenjata yang dilakukan oleh PKI di Madiun pada tahun 1948 dan pemberontakan G-30 S/PKI pada tahun 1965. 2. Tantangan adalah sebuah usaha yang bertujuan untuk menggugah kemampuan. Contoh dari tantangan adalah berbagai tindakan korupsi, kolusi, dan nepotisme KKN. 3. Hambatan adalah usaha yang muncul dari dalam dan bertujuan untuk menghalangi atau melemahkan secara tidak konsepsional. Contoh dari hambatan dalam negeri adalah keanekaragaman budaya di Indonesia yang mengakibatkan konflik karena perbedaan pola pemikiran. 4. Gangguan adalah usaha yang muncul dari luar dan bertujuan untuk menghalangi secara tidak konsepsional. Contoh dari gangguan adalah masuknya kebudayaan asing yang membawa serta ideologi yang berbeda dengan ideologi bangsa. Penyebab munculnya ATHG yang bisa memecah belah keutuhan NKRI antara lain sebagai berikut 1. Masyarakat Indonesia yang bersifat heterogen keberagaman suku bangsa, budaya, agama dan ras. 2. Kurangnya sikap saling menghargai perbedaan di dalam masyarakat. 3. Budaya asli mulai tergeser karena dipengaruhi budaya asing yang belum tentu sesuai dengan kepribadian bangsa. 4. Kurangnya sikap saling bertoleransi dalam masyarakat. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penyebab munculnya ATHG adalah masyarakat bersifat heterogen, kurangnya sikap saling menghargai dan bertoleransi, serta adanya budaya yang mulai tergeser oleh budaya asing. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Percobaan separatisme yang ingin memecah belah NKRI bukanlah hal baru. Hal ini sudah terjadi sejak lama dengan berbagai alasan pembenaran. Bila diperhatikan, secara umum terdapat dua pola memecah belah NKRI. Pertama adalah yang secara terang-terangan mendeklarasikan kemerdekaannya dan memisahkan diri dari NKRI. Kedua adalah yang secara ideologi tidak mengakui NKRI dan bercita-cita mendirikan negara pola yang pertama, relatif mudah mengatasinya. Hal ini dikarenakan aktor-aktor dan kalangan yang terlibat dengan terang-terangan menyatakan diri menentang NKRI baik dengan kekerasan bersenjata maupun diplomasi untuk meraih dukungan dari pihak-pihak lain di luar negeri. Pemerintah dan rakyat Indonesia tinggal mengerahkan kekuatan bersenjata dan menghadapinya secara hukum serta tetapi pola yang kedua ini relatif sulit untuk diberantas. Mereka bermain di dua kaki. Bagai bunglon, mereka bisa ada dimana saja dan menyusup ke berbagai lapisan masyarakat bahkan di pemerintahan. Bila dihadapi secara tegas, mereka akan menggunakan tameng HAM dan kebebasan berpendapat. Namun bila didiamkan saja, dikhawatirkan pengikutnya akan makin membesar yang akan melakukan berbagai aktivitas untuk memecah belah NKRI. Salah satu yang mungkin perlu diwaspadai adalah gerakan yang berusaha memperjuangkan berdirinya khilafah di Indonesia. Mereka menggunakan aktivitas-aktivitas keagamaan untuk menyebarkan ideologi, pengaruh dan memperbanyak pengikut. Apakah tidak mungkin, begitu makin membesar maka mereka akan terang-terangan menjadi gerakan separatis? Kekhawatiran saya terkait gerakan ini, adalah tidak mungkin menjadikan seluruh NKRI sebagai khilafah. Walaupun agama di NKRI mayoritasnya adalah Islam, ada beberapa wilayah yang agama mayoritasnya bukan Islam. Tentu mustahil wilayah atau daerah tersebut akan mendukung gerakan pembentukan khilafah. Untuk daerah-daerah yang mayoritas Islam, juga tidak mungkin membentuk khilafah karena ada NU dan Muhammadiyah yang kesetiaannya kepada NKRI tidak perlu diragukan lagi. Belum lagi di beberapa daerah yang mayoritas Islam, masih kental perbauran antara budaya lokal dengan ajaran Islam. Jelas mereka tidak mungkin mendukung pembentukan khilafah yang sangat kental dengan pengaruh budaya yang paling memungkinkan dan mempercepat pembentukan khilafah di wilayah Indonesia adalah apabila NKRI terpecah belah atau bubar. Dengan demikian, relatif lebih mudah menjadikan salah satu atau beberapa wilayah yang relatif kecil sebagai khilafah bila mayoritas masyarakatnya adalah para pendukung gerakan khilafah. Negara khilafah tersebut tinggal meminta bantuan negara-negara lain yang mengatasnamakan solidaritas keagamaan, ataupun yang tertarik dengan berbagai potensi menguntungkan yang ada di wilayah sudah menjadi pengetahuan umum bahwa cukup banyak negara-negara lain yang sangat berminat pada potensi yang ada pada tanah, air dan udara di wilayah NKRI. Bila tidak bisa mendapatkan keuntungan dengan mudah dari NKRI, maka mendapatkan keuntungan dari salah satu wilayah yang terpisah atau bekas NKRI pun sudah sangat memadai untuk mengakomodasi kepentingan negara memecah belah atau membuat NKRI bubar tidak perlu buru-buru menggunakan kekuatan bersenjata karena sama saja dengan bunuh diri. Yang harus dilakukan adalah dengan memperbanyak aktivitas yang akan menyulut konflik di masyarakat seperti penyebaran hoax atau berita bohong terkait SARA khususnya agama, memperbanyak informasi yang mengadu domba antara masyarakat yang memiliki perbedaaah khususnya terkait paham dan keyakinan beragama, hingga menghasud agar kelompok-kelompok yang ada di masyarakat saling membenci satu sama lainnya sehubungan dengan perbedaan SARA terutama yang dibumbui perbedaan keyakinan atau agama. Semakin banyak masyarakat yang terhasud dan terprovokasi maka makin mudah menyulut konflik, kerusuhan bahkan perang sipil yang pada akhirnya akan melancarkan perpecahan yang dapat berakibat pada bubarnya NKRI atau minimal lepasnya salah satu atau beberapa wilayah NKRI. Hal ini membuat Khilafah pun bisa relatif mudah berdiri, khususnya di daerah atau wilayah yang mayoritas masyarakatnya telah dipersiapkan sebelumnya sebagai pendukung pembentukan khilafah ini relatif mudah diterima oleh masyarakat awam karena menggunakan agama sebagai media penyebarannya. Masih sangat banyak masyarakat yang merasa tidak pantas atau bahkan merasa berdosa yang akan mengakibatkan masuk neraka bila sampai berani berpikir kritis terkait ajaran yang dikemukakan oleh orang-orang yang dianggap sholeh atau ahli agama di lingkungan sekitarnya. Apalagi bagi yang tidak menurut bahkan berbeda pendapat, bisa saja dengan mudah mendapatkan stempel bid’ah, sesat hingga kafir. Masyarakat pun menjadi takut karena konsekuensinya akan dikucilkan, dipersulit hingga mendapatkan kekerasan secara fisik dan perusakan aset yang mencegah terjadinya kekhawatiran ini, maka perlu diperbanyak upaya-upaya untuk membuat kehidupan di masyarakat menjadi lebih harmonis, terbuka terhadap perbedaan, tenggang rasa dan saling bertoleransi. Untunglah di Indonesia ada NU dan Muhammadiyah yang telah terbukti sangat berperan dalam pembentukan NKRI sebagai negara yang toleran terhadap perbedaaan khususnya terkait agama, keyakinan dan pemahaman yang berbeda. 1 2 Lihat Politik Selengkapnya

lakukanlah analisis penyebab munculnya athg yang bisa memecah belah nkri